TUJUAN
PSIKOLOGI DAKWAH
Makalah
ini dsusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Psikologi
Dakwah”
Di Susun Oleh:
Sifa Ma’rifat (210312220)
Dosen Pengampu:
Fuadi
Kelas TB.G/6
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
MARET 2015
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Adapun psikologi dakwah itu sendiri adalah merupakan ilmu pengetahuan
tentang segala sesuatu yang menyangkut jiwa dari pada Da’i serta
sasaran-sasaran dakwah baik secara individual maupun kelompok social, merupakan
pengetahuan uyang lebih bersifat praktis dari pada teoritis. Sifat demikian
membawa kepada fleksibilitas yang luas dengan memperhatikan
factor-faktorsituasi dan kondisi sasaran yang di hadapi, justru oleh karena
manusia adalah makhluk hidup menurut waktu dan tempat.
Adapun faktor situasi dan kondisi tersebut banyak menyangkut masalah
kecenderungan, keinginan, kemauan/kehendak, perhatian, minat, perasaan, dan
segala aspek kejiwaan yang mengandung tendensi perkembangan dalam larangan
hidup manusia.
Semua kemampuan dan tendensi kejiwaan dirangsang dan di gerakkan kearah
tujuan dakwah/penerangan agama. Dengan demikian maka tugas psikologi dakwah
adalah memberi landasann dan pedoman kepada metodologi dakwah karena metodologi
baru dapat aktif dalam penerapannya bilamana di dasarkan atas
kebutuhan-kebutuhan hidup manusia sebagaimana di tunjukkan kemungkinan
perumusannya oleh Psikologi
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian psikologi dakwah?
2.
Apa tujuan dari
psikologi dakwah?
3.
Apa kegunaan psikologi
dalam pendidikan?
4.
Apa saja metode
psikologi dakwah?
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Psikologi
Dakwah
Adapun devinisi dari psokologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang gejala-gejala hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses
kegiatan dakwah. Psikologi dakwah dapat juga di beri batasan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia yang merupakan
cerminan hidupp kejiwaan untuk di ajak kepada pengalaman ajaran-ajaran islam
demi kesejahteran hidup manusia di dunia dan akherat.
Hidup kejiwaan manusia muncul dalam bentuk perilaku yang positif maupun
yang negative. Perilaku negative manusia bisa jadi cerminan jiwa manusia dalam
bentuk perilaku yang berlebihan. Seperti yang berhubungan dengan kesenangan
jasmani dan rohani, sebagai contoh hubungan dengan lawan jenis. Bagi seorang
remaja pada masa pertumbuhannya adalah merupakan suatu kesenangan dan
kenikmatan (Kecenderungan)
B.
Tujuan Psikologi Dakwah
Tujuan psiologi dakwah
adalah membantu dan memberikan pandangan kepada para Da’i tentang pola dan
tingkah laku para Mad’u dan hal-hal yang mempengaruhi tingkah laku tersebut
yang berkaitan dengan aspek kejiwaan (Psikis) sehingga mempermudah para Da’i
untuk mengajak mereka kepada apa yang di kehendaki oleh ajaran islam.
Dengan demikian maka
psikologi dakwah mempunyai titik perhatian kepada pengetahuan tentang tingkah
laku manusia, melalui latar belakang kehidupan psikologis. Tingkah laku manusia
adalah merupkan phenomena (gejala) dari keadaan psikologis yang terlahirkan
dalam rangka usaha memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan.
Perubahan tingkah laku manusia baru terjadi bilamana ia telah mengalami proses belajar dan pendidikan. Oleh karena itu psikologi dakwahpun memperhatikan masalah pengembangan daya cipta, daya karsa dan rasa (kognisi, konasi, dan emosi) dalam proses penghayatan dan pengalaman ajaran agama.
Perubahan tingkah laku manusia baru terjadi bilamana ia telah mengalami proses belajar dan pendidikan. Oleh karena itu psikologi dakwahpun memperhatikan masalah pengembangan daya cipta, daya karsa dan rasa (kognisi, konasi, dan emosi) dalam proses penghayatan dan pengalaman ajaran agama.
Dan disinilah terletak
titik berat strategi dakwah yang sebenarnya yakni menimbulkan kesedihan
seseorang untuk menerima dan mengamalkan pesan yang di sampaikan kepadanya
dengan ikhlas. Dalam hal ini napak perbedaan antara strategi dakwah dengan
strategi propaganda. Di dalam propaganda terdapat unsure-unsur paksaan dan
ketidaksadaran psikologis dalam menerima pesan yang di bawakan oleh para
propagandisi
C.
Kegunaan Psikologi Dakwah
Dalam Pendidikan
1. Untuk memperoleh faham tentang gejala-gejala jiwa dan pengertian yang lebih
sempurna tentang tingkah laku sesama manusia pada umumnya dan anak-anak pada
khususnya.
2. Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai
sarana untuk mengenal tingkah laku manusia atau anak.
3. Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik.
Jadi mempelajari ilmu psikologi itu bukanlah hal yang
baru bagi seseorang, karena orang dewasa yang normal sedikit banyak telah
mengetahui psikologi meskipun pengetahuan mereka itu tidak sistematis, oleh
karena itu siapa saja yang dapat mengetahui psikologi ia akan dapat menemptkan
dirinya sedemikian rupa dimana ia berada. Karena kita semua berada pada
lapangan apa saja. Maka psikologipun dapat di pergunakan dalam segala lapangan,
misalnya pada lapangan : pendidikan, kedokteran, pengadilan, industry jual
beli, tentara, pemuda dan masa anak-anak dan sebagainya
D.
Metode Dakwah
Metode adalah cara
kerja yang menghubungkan antara fakta dengan hasil penelitian. Menurut Bahm
bagian yang terpenting darii ilmu adalah metode, karena metode merupakan
kerangka kertja yang digunakan untuk melakukan dan mengembangkan penelitian
ilmiah.
Kedudukan metode dalam
ilmu bisa bersifat tunggal dan banyak. Adapun tahapan-tahapan umum yang di
gunakan dalam metode penelusuran Psikologi (dalam penerapannya pada kajian ilmu
dakwah) yang bersifat ilmiah adalah :
1.
Pemilihan masalah
Penelitian di mulai dengan pemilihan masalah, sebaiknya peneliti berusaha untuk
meneliti masalah yang belum pernah di teliti. Untuk mengetahui apa yang belum
di teliti, dia harus memiliki gambaran mengenai apa yang sudah di teliti.
Sehingga membuat abstrak atau review hasil penelitian sebelumnya sangat di
perlukan untuk memperoleh gambaran tersebut. Di samping gambaran, masalah yang
di pilih harus dosadari akan keterbatasan-keterbatasan yang di hadapi. Baik di
batasi oleh dana, fasilitas dan waktu yang gtersedia, serta kemampuan teknis
peneliti, sehingga penelitian dapat di selesaikan dengan baik. Kita harus
memilih masalah yang penting (berarti, meaning ful).
Bahm menyatakan bahwa masalah sekedar tidak di pilih
dan di tentukan, melainkan lebih jauh lagi, peneliti harus menyadari dan
mengetahui adanya masalah. Dengan ini peneliti akan meraskan dan ikut terlibat
pada masalah yang muncul, yang tentunya kemudian akan memiliki kemauan untuk
mencoba mengatasinya. Dari sini baru kemudian di munculkan atau di rumuskan
permasalahan yang akan di kaji secara ilmiah.
2.
Hipotesis: jawaban
sementara.
Hipotesis adalah jawaban sementara yang pasti terhadap
masalah yang bersangkutan. Sekarang dalam metode keilmuan psikologi
hipotesis-hipotesis harus di uji lebih lanjut secara empiris. Untuk itu
hipotesis sebagai suatu “jawaban” hendaknya berbentuk kalimat pernyataan dan
bukan kalimat pertanyaan.
Hipotesis menyebutkan hubungan antara beberapa
variable. Hipotesis tidak boleh terlalu bebas, hipotesis harus dapat di
buktikan atau di tolak dengan desain penelitian maupun percobaan yang terencana,
oleh karena itu variabel-variabel dari hipotesis yang di ajukan harus dapat di
ukur.
Kadang-kadang untuk suatu masalah dalam kajian dakwah
muncul beberapa dugaan sementara yang kemudian perlu dipecah-pecah untuk
menyederhanakan hubungan variable, sehingga analisis dapat dilakukan dengan
lebih cermat dan tidak berbelit-belit.
3.
Rencana Penelitian
Hipotesis yang telah diajukan kemudian di jabarkan
menjadi rencana penelitian dengan berbagai percobaan, pelakuan, pengamatan,
pengulangan, survai, dan sebagainya. Pengetahuan mengenahi rancangan percobaan
(exsperimental design) sangat di perlukan, agar kelak data yang di peroleh mudah
di olah secara statistic.
4.
Pelaksanaan Percobaan
Pada pelaksanaan percobaan, pengamatan merupakan
kegiatan yang paling penting. Pengamatan bukan hanya pekerjaan fisik atau
inderawi semata, namun juga suatu kegiatan mental. Hasil pengamatan tergantung
dari bekal pengetahuan pengamat. Oleh karena itu peneliti harus memahami dengan
mendalam latar belakang atau teori tentang obyek penelitian yang sedang di
amatinya.
Peneliti harus mengetahui bentuk gejala yang harus
diamati dan mengapa gejala tersebut terjadi, serta harus siap untuk menghadapi
timbulnya penyimpangan dari suatu gejala. Satu hal yang perlu di perhatikan
oleh peneliti adalah seharusnya tidak terlalu teguh berpegang pada hipotesis
yang telah dimunculkan, sehingga terhindar dari kecenderungan upaya hasil
pengamatannya “penyesuaian” hasil pengamatan dengan apa yang di perkirakan akan
terjadi.
Adapun metodologi yang cenderung kepada ilmu alam,
maka aspek-aspek kejiwaan manusia di ukur dan di kaji dengan melihat hubungan
dengan aspek lain. Sesuatu ada dalam diri manusia (masalah kejiwaan) di kenali
dengan melihat fenomena perilaku.
Dari sini dalam kita lihat pendek kata metodologi
psikologi yakni membahas masalah kejiwaan manusia yang laten dengan mengukur
perwujudannya dalam bentuk perubahan-perubahannya yang tampak, pengukuran
tersebut dilakukan sebagaimana mengukur tinggi badan fisik.
PENUTUP
KESIMPULAN
Psikologi dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
gejala-gejala hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan
dakwah. Adapun tujuan psiologi dakwah adalah membantu dan memberikan pandangan
kepada para Da’i tentang pola dan tingkah laku para Mad’u dan hal-hal yang
mempengaruhi tingkah laku tersebut yang berkaitan dengan aspek kejiwaan
(Psikis) sehingga mempermudah para Da’i untuk mengajak mereka kepada apa yang di
kehendaki oleh ajaran islam. Manfaat mempelajari psikologi dakwah adalah :
1. Untuk memperoleh faham tentang gejala-gejala jiwa dan pengertian yang lebih
sempurna tentang tingkah laku sesama manusia pada umumnya dan anak-anak pada
khususnya.
2. Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai
sarana untuk mengenal tingkah laku manusia atau anak.
3. Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik. Metode adalah cara
kerja yang menghubungkan antara fakta dengan hasil penelitian. Adapun
tahapan-tahapan yang umum dalam metode penelusuran psikologi yang bersifat
ilmiah adalah :
a. Pemilihan masalah
b. Hipotesis : jawaban sementara
c. Rencana Penelitian
d. Pelaksanaan Percobaan
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muhammad.
Psikologi Dakwah. Jakarta : Bumi Aksara. 1991
Azwar, Saiful. Penyusun Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1999
Azwar, Saiful. Penyusun Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1999
Dermawan, Andy. Metodologi
Ilmu Dakwah. Yogyakarta : Lefsi. 2002
Muchin Lalu, Efendi. Psikologi
Dakwah. Jakarta : Kencana. 2006
http://farchanbinadnan.blogspot.com/2009/12/tujuan-manfaat-dan-metode-psikologi.html. diakses pada tanggal 27 Februari 2015.